TEKNIK PEMBENIHAN IKAN NILA SALIN (Orechromis sp )

 




BAB 1

PENDAHULUAN

1.1              Latar belakang

 

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya di Afrika.Bentuk tubuh memanjang, pipikesamping dan warna putih kehitaman.Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawaryang banyak dibudidayakan setelah Ikan Mas (Cyrprinus Carpio) dan telahdibudidayakan di lebih dari 85 negara. Saat ini, ikan ini telah tersebar ke Negaraberiklim tropis dan subtropics, sedangkan pada wilayah beriklim dingi tidak dapat hidup

dengan baik.

Nila disukai oleh kalangan karena mudah dipelihara, dapat dikonsumsi olehsegala lapisan serta rasa daging yang enak dan tebal.Tekstur daging Ikan Nila memilikiciri tidak ada duri kecil dalam dagingnya. Apabila dipelihara di tambak akan lebihkenyal, dan rasanya lebih gurih, serta tidak berbau lumpur. Oleh karena itu, Ikan Nilalayak untuk digunakan sebagai bahan baku dalam industry fillet dan bentuk-bentukolahan lain. Ekspor Nila dari Indonesia umumnya dalam bentuk frozen fille (600 g) dan

surimi.

Bibit Nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Peneliti perikananAir Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada tahun 1969.Setelah melalui masa penelitiandan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia.Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui DirekturJenderal Perikanan. Pada tahun 1980-1990, Nila Merah diintrodusir masuk dari Taiwandan Filipina oleh Perusahaan Aquafarm.Pada tahun 1994, Balitkanwar kembalimengintroduksi Nila GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) strai G3 dariFilipina dan Nila Citralada dari Thailand. Secara genetic Nila GIFT telah terbuktimemiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandinggkandengan jenis ikan Nila lain. Tahun 2000, salah satu perusahaan swasta nasional, CPPrima mengintrodusir Nila Merah NIFI dan Nila GET dan Filipina tahun 2001.Padatahun 2002, BBAT Jambi memasukan Nila JICA dari Jepang dan Nila Merah Citraladadari Thailand.

 

 

1.2              Tujuan

Tujuan dari pendidikan sistem ganda ini adalah :

1.Untuk mempraktekkan secara langsung pembenihan ikan nila yang dilakukan dilapangan

2.Untuk mengetahui berat bobot rata-rata induk yang baik untuk pembenihan.

 

1.3              Manfaat

Manfaat pendidikan sistem ganda ini adalah :

1.Dapat mempraktekkan secara langsung langkah-langkah dalam teknik pembenihan ikan nila yang dilakukan dilapangan

2.Dapat mengetahui berat bobot rata-rata induk yang baik untuk dibenihkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PERSIAPAN

 

A.    Tinjauan Pustaka

2.1.  klasifikasi

 

Filum               : Chordata

Subfilum         : Vertebrata

Kelas               : Pisces

Subkelas          : Teleostei

Ordo                : Perchomorphi

Subordo          : Percoidae

Famili              : Vhilidae

Genus              : Oreochromis

Spesies            : oreochromis sp.

 

2.2 Morfologi

2.2.1.   Adaptasi Salinita

            Ikan Nila umumnya hidup di perairan tawar namun dapat pula hidup di perairan laut ,dengan rentang salinitas 0-35ppt dmana. Untuk hidup di salinitas yang tinggi dari perairan tawar,ikan nilan harus mengalami proses aklimatisasi terlebih dahulu. Kondisi cairan sel ikan air tawar memiliki kepekaan lebih tinggi di banding media hidupnya .aoi masuk ke dalam tubuh ikan nila dari berbagai permukaan tubuh. Untuk mengatasi nya ikan nila harus mengeluarkan urin dengan resiko dengan kehilangan garam. Sel klorit dalam ingsang yang membantu transport garam ini kembali . Pada air patau atau laut , kondisi menjadi terbalik yakni cairan internal sel bersifat kurang pekat di badingmedia hidupnyan . Hal ini nenungkinkan terjadinya dehidrasi sel, sehingga ikan nila harus banyak minum dan sedikit kencing.Akibatnya garam dalam tubuh menjadi meningkat. Manum perkembangan sel klorit yang cepat dan mencukupi mampu mengatasi hal ini dengan cara trnsprot aktif garam. Kemampuan euryhaline ikan nila di dukung oleh perkembangan sel klorit pada ingsang, perbaikan permeabilitas usus dan daya saring ginjal terhadap garam.Perubahan organ tersebut berlangsung secara bertahap umum nya mampu menoleransi perubahan maksimal 5 ppt\hari. Cara adaptasi ikan Nila  ( benih dan dewasa ) adalah dengan menaikan salinitas air secara bertahap maksimal 5 ppt\hari. Salinitas berpengaruh penting terhadap reproduksi dan pertumbuhan. Ikan Nila semangkin  baik seiring bertumbuhan ikan nila semakin baik seiring bertambahnya kadar garam( sampai 30 ppt ) karena  terangsangnya hormone pertumbuhan ( Siregar,2010)

Berdasarkan morfologinya,tubuh ikan nila agak bulat dan pipih.Mulut terletak diujung kepala (terminal).Garis rusuk (linea lateralis) terputus menjadi dua bagian dan terletak memanjang mulai dari atas sirip dada.Jumlah sisik garis rusuk sebanyak 34 buah.Warna badan kemerahan polos atau bertotol-totol hitam dan sering pula berwarna albino (bule) (Sudradjat,2008).

2.3 Habitat dan Tingkah laku

Nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya,sehingga bisa dipelihara didataran rendah yang berair payau hingga di dataran tinggi yang berair tawar.Habitat hidup ikan ini cukup beragam,dari sungai,danau,waduk,rawa,sawah,kolam,hingga tambak.Nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38° C  dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-37° C.Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan,suhu optimum bagi ikan ini adalah 25-30° C.Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu jika suhu dihabitatnya lebih rendah dari 14° C atau diatas 38° C.Pasalnya pada suhu 6° C atau 42° C ikan ini akan mengalami kematian.Selain suhu,factor lain yang bisa mempengaruhi kehidupan nila adalah salinitas atau kadar garam.Nila bisa tumbuh dan berkembangbiak diperairan dengan salinitas 0-29°/˳˳ (promil).Ikan ini masih bisa tumbuh,tetapi tidak bisa berproduksi diperairan dengan salinitas 29-35°/˳˳.Benih nila biasanya lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan dengan nila yang berukuran besar( Khairuman dan Amri,2011).

Sedangkan menurut Sudradjat (2008),ikan nila bisa hidup pada perairan dengan kadar garam tinggi (>29 ppt) dan masih bisa tumbuh dengan baik ,tetapi tidak dapat berkembang biak.Ikan nila hidup diperairan tawar,seperti kolam,sawah,sungai,danau,waduk,rawa,situ,dan genangan air lainnya.Di samping itu,ikan nila dapat beradaptasi di perairan air payau dan perairan air laut terutama dengan teknik adaptasi bertahap. Ikan nila ini memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup.Keadaan pH optimal untuk perkembang biakan dan pertumbuhan ikan nila adalah 7-8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam kadaan air asin pada kadar salinitas 0-35 permil. Oleh karena itu,ikan nila dapat di budidayakan di perairan payau, tambak, dan perairan laut, teutama untuk tujuan usaha pembesaran.

            Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih tinggi  terhadap salinitas (air asin) dari pada ikan nila betina. Ikan nila ukuran kecil relatif lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dari pada nila ukuran besar.( Rukmana,1997)

2.4.  Makanan dan kebiasan makan

            Menurut Rukman (1997), di habitat alami, ikan nila bersifat pemangsa segala  jenis tumbuh-tumbuhan atau pun hancuran sampah yang ada dalam air, dan rakus makan sisa-sisa dapur. Oleh karena itu, ikan nila yang bersifat omnivora.Pada stadium larva atau benih mempunyai kebiasaan mencari makan di bagian yang dangkal. Jenis makanan yang paling di sukai larva atau benih ikan nila adalah zooplankton, seperti algae tunggal, zat-zat renik  yang melayang-layang dalam air dan udang-udang kecil.

            Sedangkan menurut Khairuman dan Amri (2011), ketika masih benih,makanan yang di sukainya adalah zooplanktone (plankton hewani), seperti rotifer sp.,Moina sp.,Daphnia sp.Selain itu,benih nila juga memakan alga atau lumut yang menempel dibebatuan yang ada dihabitat hidupnya,Saat dibudidayakan,nila juga memakan tanaman air yang tumbuh dikolam budidaya.Jika telah mencapai ukuran dewasa,ikan ini bisa diberi berbagai makanan tumbuhan seperti pellet.Pemberian pakan dilakukan minimum 3 kali sehari sebanyak 3% per hari dari total bobot ikan nila yang dipelihara dengan kadar protein yang dibutuhkan sekitar 27%.

            Menurut Rukmana (1997),ikan nila dewasa ataupun ikan induk pada umumnya mencari makan ditempat yang dalam.Jenis makanan yang paling disukai ikan dewasa adalah fitoplankton,seperti algae berfilamen,tumbuh-tumbuhan airdan organism renik yang melayang-layang dalam air.

 

2.5. Habitat Ikan Nila

             Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadadap lingkungan hidupnya sehingga bisa di pelihara di dataran rendah  yang berair payau hingga di dataran tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari sungai,danau,waduk,rawa, sawah, kolam, hingga, tambak ( Amri, khairul, Ir, M. Si,2003).

            Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38 °C. Dan dapat memijah secara alami pada suhu  22 – 37 °C.  Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan, suhu optimum bagi ikan nila adalah 25-30 °C.Pertumbuhan ikan nila biasanya bergantung jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14 °C atau pada tinggi 38 °C. Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu 6 °C atau 42 °C. (Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2003).

            Selain suhu, factor lain yang bisa mempengaruhi kehidupan ikan nila adalah salinitas atau kadargaram disuatu perairan. Ikan nila bisa tumbuh dan berkembang biak pada kisaran salinitas 0-29 % (permil). Jika kadar garamnya 29-35 %, ikan nila bisa tumbuh, tetapi tidak bisa berproduksi. Ikan nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri dengan kenaikan salinitas dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar (Amri, Khairul, Ir, M.Si, 2003).

            Menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2009) ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya.Artinya, ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap linngkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara didataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah.Ia mampu hidup pada suhu 1-38 °C. Adapun suhu terbaiknya adalah 25-30 derajat. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam jumlah 0-29 % sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Ikan nila bisa hidup dikadar garam sampai 35 %. Namun ia sudah tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

 

BAB III

PELAKSANAAN

 

3.1 Waktu dan Lokasi

            Kegiatan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Budidaya Perikanan Semester IV Tahun pelajaran 2015/2016 dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan,terhitung mulai tanggal 22 desember 2014 sampai dengan 22 maret 2015.Lokasi PSG dilaksanakan di Balai Budidaya Ikan Sentral (BBIS) khususnya pada Seksi Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Sedau,kota Singkawang.

 

3.2 Keadaan Umum Lokasi

            Sebagai kawasan pesisir pantai,sector kelautan memiliki peran besar baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun perekonomian.Pada umumnya masyarakat dikawasan ini rata-rata bermata pencaharian sebagai nelayan.

            Seksi budidaya ikan air payau dan laut pada Balai Budidaya Ikan Sentral (BBIS) Provinsi Kalimantan Barat terletak di Desa Teluk Karang,kelurahan Sedau,kecamatan Singkawang Selatan ,kota Singkawang,Kalimantan Barat.Lokasi yang berhadapan langsung dengan laut Natuna dengan dasar pantai pasir dengan kedalaman 2-3 meter dengan lokasi seluas 3,2 hektar.Lokasi BBIS yang berdekatan dengan sungai Sedau menyebabkan salinitas berkisar 26-33 ppt.

 

3.3 Letak Geografis BBIS Sedau

            Secara umum batasan wilayah dengan batasan-batasan wilayah sebagai berikut :

                

·         Sebelah Utara berbatasan dengan Lokasi pariwisata (Sinka Island)

·         Sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Singkawang

·         Sebelah darat berbatasan dengan laut Natuna

·         Sebelah timur berbatasan dengan pemukiman penduduk

 

 

3.4 Potensi Sumberdaya Alam

3.4.1. Sumber Air

                        Sumber air yang digunakan untuk kegiatan produksi di Balai Budidaya Ikan Sentral (BBIS) sedau terdiri dari air tawar yang bersumber dari air pegunungan yang berada di sekitar BBIS Sedau,dan air laut yang bersumber dari Laut Natuna.

 

            3.4.2. Karakteristik Tanah

            Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) terletak didesa Teluk Karang kelurahan Sedau kecamatan Singkawang Selatan Kalimantan Barat dengan luas wilayah sekitar 3,6 hektar di apit oleh dua sarana pariwisata kota singkawang sehingga perluasan lokasi tidak mungkin dilakukan lagi.BBIs Sedau mempunyai jenis dasar tanah liat berlumpur dan berpasir yang cocok untuk usaha budidaya ikan air payau dan laut.

 

Sedangkan untuk sarana penunjang yang terdapat di BBIS dapat dilihat pada Tabel  berikut ini.

 

Tabel1 . Sarana Penunjang BBIS

No

Nama Barang

Spesifikasi

Volume

Kondisi

1

Bangsal bak larva

26 x 13 m

1 unit

Baik

2

Rumah genset

4 x 3 m

2 unit

Baik

3

Rumah pompa

-

3 unit

Baik

4

Rumah blower

4 x 3 m

1 unit

Baik

5

Rumah jaga

16 x 4 m

1 unit

Baik

6

Jalan lingkungan

604 m

-

Baik

7

Bangsal panen

4 x 8 m

1 unit

Baik

8

Kantor

-

1 unit

Baik

9

Pos satpam

-

1 unit

Baik

10

Mess karyawan

-

2 unit

Baik

Sumber: Data Lapangan 2015

 

 

Sarana pembenihan yang digunakan di BBIS Sedau dapat dilihat pada Tabel  berikut ini.

 

Tabel 2. Sarana Pembenihan Yang Digunakan

No

Nama Barang

Spesifikasi

Banyaknya

Kondisi

1

Pompa laut

2 inchi

2 unit

Baik

2

Pompa transfer

1 inchi

4 unit

Baik

3

Selang pompa

1 inchi

6 unit

Baik

4

High blower

LP 100

5 unit

Baik

5

Seser larva

Mesh 150,200,250,300

8 unit

Baik

6

Ember

10 liter

20 unit

Baik

7

Gayung

-

10 unit

Baik

8

Baskom

-

2 unit

Baik

9

Terpal penutup bak

-

30 unit

Baik

10

Selang aerasi

5/18 inchi

1200 unit

Baik

11

Batu timah pemberat

Timah

-

Baik

12

Kran aerasi

5/18 inchi

1200 unit

Baik

13

Genset

5 KVA

1 unit

Baik

14

Bak Konikel

350 litr

5 unit

Baik

15

Tabung Oksigen

12 kg regulator

3 unit

Baik

16

Filter bag

10 mikron

5 unit

Baik

17

Refractometer

Atago

2 unit

Baik

18

Mikroskop

Olxmpus / 100 kali perbesaran

1 unit

Baik

19

Timbangan digital

Ketilition

3 unit

Baik

20

pH meter

Ph pen

2 unit

Baik

21

Penggilling pakan

Silver medium

1 unit

Baik

22

Water Test Kit

pH, NH3, NO2

2 unit

 

23  

Filter Pasir Bertekanan

Water Co, 20 KPa

2 unit

Baik

24

Root blower

2 inch, output besi

2 unit

Baik

 

25

Diatomae bag

Ukuran 10 mikron

2 unit

Baik

Sumber: Data Lapangan 2015

 

 

3.4.3 Sarana dan Prasarana BBIS Sedau

 

      Sarana yang dimiliki BBIS ini berupa lahan seluas 3,6 hektar yang terdiri dari bak induk,bak pemijahan,bak pendederan,bak larva,bak fitoplankton,bak zooplankton,bak filter pasir,bak pakan fiber,laboratorium pakan,semi outdoor hatchery, dan prasarana pendukung kegiatan budidaya.Di BBIS ini juga dilengkapi dengan mess,rumah jaga,kantor,dan fasilitas pendukung lainnya.Adapun Sarana pokok yang terdapat di BBIS dapat dilihat dari pada table dibawah ini :

 

 

 

Tabel 3. Sarana Pokok BBIS Provinsi Kalimantan Barat

NO

Nama Barang

Spesifikasi

Volume

Kondisi

1.

Bak larva

5x2x1 m

20 Unit

Baik

2.

Bak fitoplankton

5x9x1 m

6 Unit

Baik

3.

Bak zooplankton

10x14x1 m

4 Unit

Baik

4.

Bak pengendapan, filter dan resefoar

4,5x4,5x2 m

3 Unit

Baik

5.

Laboratorium pakan alami

͞

1 Unit

Baik

6.

Semi outdoor hatchery

͞

1 Unit

Baik

7.

Bak induk ikan

Diameter 10x3 m

3 Unit

Baik

8.

Bak filter pasir

3x1x2 m

1 Unit

Baik

9.

Bak induk udang

4x4x0,5 m

1 Unit

Baik

10.

Bak pemijahan

1,5x1,5x1 m

4 Unit

Baik

11.

Bak pendederan

1,5x3x0,6 m

5 Unit

Baik

12.

Bak filter pakan alami

1000 liter

10

Baik

13.

Aquarium

80x80x40 cm

5 Unit

Baik

 

 

1.      Persiapan produksi

1.1. Penyedian Induk

Induk ikan nila  (Oreochromis sp) yang ada di Balai  Budidaya Ikan Sentral (BBIS) Sedau berasal dari Balai Budidaya Ikan Sentral  Anjongan. Induk ikan nila pada siklus pertama  120 ekor, yang terdiri dari 30 ekor  jantan dan 90 ekor betina.

1.2.  Pengolahan induk

Induk ikan nila jantan dan betina di pisah selama 10 hari dan pemberian pakan yang di campur dengan tambahan vitamin dan minyak ikan.Hal ini di lakukan bertujuan untuk menjaga kekebalan tubuh dan mempercepat kematangan gonad.

1.3  . Pemberian pakan

Pakan yang di berikan selama pemeliharaan berupa pakan pellet  terapung  merkHI-PRO-VITE 781, dengan tambahan vitamin dan minyak ikan di campur dengan pakan. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari  yaitu pagi, siang, dan sore hari, pada pukul 08:30 WIB 10:30 WIB dan 16:30 WIB dengan kandungan pakan seperti yang di bawah ini:

Tabel  Kandungan pakan

No

Kandungan

Kadar (%)

1

Protein

31-33

 

Lemak

3-5

 

Serat

4-6

 

Kadar Air

11-13

 

Kadar Abu

10-13

Sebelum melakukan pencampuran vitamin dengan pakan maka terlebih dahulu  mempersiapkan alat dan bahan sebagai berikut

Alat yang di gunakan

-          Sendok yang berfungsi untuk mengaduk vitamin dan minyak ikan  dan air

-          Gelas ukur volume 1 liter yang berfungsi untuk tempat mencapur  minyak ikan,air,vitamin E,Multivitamin,bestar.

-          Sterofoam yang berfungsi sebagai wadah untuk mencapur pakan dan vitamin

-          Terpal yang berfungsi untuk menjemur pakan

 

Bahan yang di gunakan

-          Vitamin E 1,25 gram

-          Pakan  5 kg

-          Minyak ikan 10 ml

-          Air 600 ml

-          Multivitamin 3 gram

 

 

 

Cara  pencampuran:

Isi gelas ukur tersebut dengan 500 ml air lalu masukam vitamin E sebanyak 1,25 gram, multivitamin 3 gram kemudian aduk  air dan minyak yang telah di campur sampai merata dan campur juga minyak ikan.

Kemudian campurkan vitamin tersebut kedalaman strofoam yang telah berisi pakan sebanyak 5 kg tuangkan perlahan vitamin tersebut perlahan aduk menggunakan tanggan hingga merata,Setelah pakan tercampur  dengan vitamin tersebut kemudian di jemur ± 15 menit.

 

1.4     persiapan wadah

Persiapan wadah diawali dengan pengeringan dasar bak.Pengeringan dasar bak juga di lakukan setiap kali pemanenan. Setelah di keringkan bak di bersihkan di sikat pada bagian dasar dan dinding bak secara berlahan, di lanjutkan dengan pembersihan pintu outlet, pipa goyang ( peralon ) dan filter  pintu outlet. Selanjutnya bak di jemur 2 hari untuk membasmi hama dan penyakit yang menempel pada dasar dan dinding bak.

Tabel spesifikasi wadah yang di gunakan

No

Fungsi bak

Ukuran

Tinggi air

Jenis bak

1

Bak pemiliharaan iduk

5 × 7 m

50-70 cm

Beton

2

Bak pemijahan

5 × 7 m

50-70 cm

Beton

3

Bak penampung larva

2× 5 m

20-30 cm

Fiber

4

Bak pendederan

4 × 9 m

30-40 cm

Beton

 

1.5. Pengisian Air

Pada hari kedua di lakukan pengisian air.Pengisiian air pada bak budidaya menggunakan sistem gravtasidari bak penampungan (nandon air tawar). Pada ujung paralonpengeluaran  di pasang penyaring (filter bak) tujuan untuk menyaring kotoran . pengisian air Sebanyak 50-70cm.

 

2. Teknik Produksi

 

      2.1 Seleksi Induk Matang Gonad

Seleksi induk bertujuan untuk mendapatkan induk yang benar benar matang gonad dan siap di pijahkan sehingga mendapat kan hasil benih yang baik dan berkualitas. Waktu seleksi induk di lakukan sebelum dan sesudah pemijahan (Dalam satu siklus) seleksi induk di lakukan pada pagi atau sore hari.

 

            Cara seleksi volum air pada bak pengelolahan induk di turun kan hingga mencapai 10-15cm. selanjut induk di tangkap menggunakan jaring, kemudian induk di serok satu persatu dan di seleksi.

 

            Induk yang telah di seleksi berjumlah 120 ekor dengan perbandingan 3:1 yaitu 90 ekor induk betina dan 30 ekor induk jantan,dengan berat rata­­-rata biomassa yaitu 600-650 gram induk jantan dan 500-550 gram induk betina.

 

Adapun cirri-ciri induk jantan dan betina adalah sebagai berikut

  INDUK JANTAN

v  Terdapat dua lubang (lubang kotoran,lubang sperma)

v  Ukuran badan lebih besar di banding betina

v  Gerakannya agresif dan gesit

 

   INDUK BETINA

v  Terdapat tiga lubang ( lubang kotoran, lubang telur, lubang air seni)

v  Ukuran lebih kecil di banding jantan

v  Gerakannya agak lambat

 

 

 

2.2 Pemijahan

            Pemijahan di lakukan secara alami degan cara menggabungkan induk jantan dan induk betina dalam satu wadah yang berukuran 5 m x 7 m dan air yang tingginya 50 cm – 70 cm

Dengan perbandingan induk  3:1  yaitu 90 ekor induk betina  dan 30 ekor induk jantan. Sebelum pemijahan induk jantan dan induk betina di pisahkan terlebih dahulu pada bak yang berbeda.

Kemudian diberi  pakan yang telah bercampur vitamin untuk merangsang dan memberi kekebalan  pada tubuh induk jantan dan induk betina. Setelah ±10 hari induk jantan dan betina di pisahkan dan di beri asupan pakan untuk merangsang matang gonad kemudian induk jantan di panen dan di seleksi untuk mencari induk jantan di panen dan di seleksi untuk mencari induk jantan yang telah matang gonad. Panen induk di lakukan dengan cara mengurangi air pada bak induk jantan hingga mencapai 10 cm, setelah itu induk jantan itu induk jantan di buru menggunakan seser. Kemudian induk jantan di seleksi satu persatu untuk mendapatkan induk jantan yang telah matang gonad .lalu induk jantan yang telah matang gonad tersebut di masukan ke dalam  bak induk betina yang akan di pijahkan.

 

            Lama waktu mepijahan ±10hari dari hari penggabunga induk jantan dan induk betina  setelah ±10hari induk betina akan mengerami telur di dalam mulutnya yang di tandai dengan kurangnya nafsu makan pada ikan,kepala cendrung lebih besar, pada mulut bagian bawah induk betina terlihat lebih besar dab cenderung menyendiri dari gerombolan induk lain nya . rata-rata satu induk bertin menghasilkan telur 1.500butir(fekunditas)

 

            2.3 Panen Larva

            Panen larva di lakukan ±10 hari setelah masa pengeraman telur oleh induk betina. Rata-rata dalam satu induk betina mengeluarjan larva ±683 ekor \ induk dengan bobot induk rata-rata 500-550gram .pemanenan di lakukan dengan cara di serok dengan menggunakan seser halus kemudian larva di pindahkan pada bak penampungan sementara. ±5 hari larva dapat di dederkan ke dalam bak pendederan .

 

2.4 Pendederan

            Pendederan benih di lakukan setelah kurang lebih lima hari berada di dalam bak penampungan sementara. Larva yang telah di panen lalu di deder kan pada bak fiber yang berukuran 2x5 meter. Larva yang telah di dederkan berjumlah 800ekor.Pendederan di lakukan pada pagi atau sore hari. Setelah larva pemelkiharaan selama 7-10hari, larva telah mencapai ukuran benih 1-2cm .

 

2.5 Pemberian pakan larva

            Pakan ikan nila yang di gunakan berupa nanolis.P1 tepung dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari. Selama ±14 hari pemeliharaan di kolam pendederan telah mencapai ukuran 2-3cm .

 

2.6 Monitoring kualitas air

            Pengukuran kualitas air sangat penting bagi pertumbuhan ikan nila. Ada pun pemgukuran kualitas air yang di lakukan selama praktek yaitu suhu dan ph.

 

·         Suhu

Dari hasil pengukuran suhu selam praktek di proleh hasil bahwa suhu di bak di pemekihran benih berkisarc 26-31°c.di bak pemelihyaraan benih suhu terrendah terjadi pada pagi hari di karenakan matahari saat itu belum terbit dan pada saat siang hari suhu terlalu tinggi berkisar 31-32°c, ini di karenakan intensitas cahaya matahari yang terlalu panas yang sehingga mempengaruhi pada kualitas air di bak pemekiharan benih

 

·         pH

      Dari hasil pengukuran ph di peroleh bahwa ph di bak pemeliharan benih yaitu 8-8,5 kisaran ini masih keadaan normal, ph dalam kolam pemeliharaan erat kaitanya dengan karbondioksida do dalam air. Pada pagi hari ph menurun di karenakan sebelum terjadinya fotositensis semua organnisme dalam air melakukan restorasi dan menghsilkan CO2 .sedangkan pada siang hari hp meningkat ini di karenakan berlangsungnya proses fotositensis .

2.7 Panen

            Benih untuk distribusi ke para pembudidaya. Hasil dari proses panen benih .

Tabel . Proses pemanenan Benih

 

NO

Objek pengamatan

Hasil

1

Pemberokan

Sehari sebelum pemanenan

2

Waktu pemanenan

Pagi hari 06.00WIB

3

Ukuran benih yang di panen

2-3cm

4

Jumlah yang di panen

28000 ekor

5

 

 

 

Tabel. Alat-alat yang di gunakan dalam proses pemanenan

 

NO

Alat

Keterngan

1

Waring panen

1 buah

2

Sauk benih

3buah

3

Pengikat paralon

Karet

4

Ember sortir

4buah

5

Ember

4buah

 

2.8 Pasca panen

            Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada proses pasca panen dapat di lihat di table berikut

No

Objek pengamatan

Hasil

1

Kantong plastic

50×80 cm

2

Instalasi oksigen

Tabung oksigen, selang oksigen

3

Pengikat

Karet gelang

 

 

BAB IV

MASALAH DAN PEMECAHAN

 

A.    MASALAH

1.Kualitas air kurang baik

 

B. PEMECAHAN

2. Rutin dilakukan pergantian air minimal 3 hari satu kali.


DAFTAR PUSTAKA

 

Adrianto,   2005.Dalam insitut pertanian Bogor.   2011.

www.repository.ipb.ac.id. 19 Desember 2013

Darwisito,2006. Dalam Insitut Pertanian Bogor. 2011

www.repository.ipb.ac.id.19 Desember 2013

Khairuman dan Amri. 2011. Buku pintar Budidaya  dan Bisnis 15 ikan konsumsi.

Agromedia Pustaka. Jakarta. Direktorat Usaha, 2010. Ditijen Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan RI.

Siregar. 2010. Budidaya dan Aspek Agribisnis Ikan Nila

Sudrajat. 2008. Budidaya 23 Komuditas Laut Menguntungkan. Swadaya. Depok

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TEKNIK PEMBENIHAN IKAN NILA SALIN (Orechromis sp )"

Posting Komentar