PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias Sp) SECARA ALAMI BALAI BENIH IKAN AIR TAWAR (BBIAT)








 BAB I

PENDAHULUAN

 

1.      LATAR BELAKANG

Kabupaten sambas memiliki potensi perikanan sangat besar. Peluang pengembangan potensi lahan 1.776.72 Ha. Dengan bentuk usaha : Perorangan, Unit Pembenihan Rakyat (UPR), Perseroan. Salah satu komoditas ikan yang saat ini banyak dibudidayakan adalah ikan Lele Sangkuriang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sambas, 2012).

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas oleh masarakat Indonesia khususnya di Kabupaten Sambas. Namun kegiatan pembudidayaan ikan Lele Sangkuriang belum dapat di katakan optimal, hal tersebut di karenakan oleh kurangnya pasokan benih ikan Lele Sangkuriang untuk mendukung kegaitan pembesaran ikan lele khususnya varietas Lele Sangkuriang. Untuk mendukung kegiatan pembesaran Lele Sangkuriang, kegiatan pembenihan merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan.

Lele Sangkuriang memiliki banyak keunggulan. Dengan teknik pembenihan yang tepat, lele unggul dapat berproduksi telur 40.000 – 60.000 butir, dibandingkan dengan varietas lele yang lain. Begitu juga dengan daya tetasnya, yakni 90%. Dengan demikian angka produksi Lele Sangkuriang menjadi lebih tinggi dibanding varietas lele yang lain seperti Lele Dumbo, yang hanya dapat memproduksi telur 20.000 – 30.000 butir dengan daya tetas 80 % (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004).

Pemijahan ikan Lele Sangkurian dilakukan secara alami. Pemijahan secara alami berbeda dengan pemijahan secara buatan, pemijahan secara  alami dilakukan dengan alat dan cara yang sederhana, sehingga memudahkan dalam proses pemijahan dan dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis berminat untuk mengambil judul laporan Prakerin / PSG (Pendidikan Sistem Ganda) dengan judul “Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Secara Alami”. Namun Praktik Kerja Industri ini dibatasi pada kegiatan persiapan bak pemijahan. Seleksi induk, pendederan benih, seleksi benih, panen dan packing.

 

2.      Tujuan Prakerin/PSG (Pendidikan Sistem Ganda)

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan Prakerin/PSG (Pendidikan Sistem Ganda) ini adalah :

1.      Untuk mengetahui tentang proses pembenihan ikan Lele Sangkuriang secara alami agar dapat menghasilkan produksi benih ikan yang berkualitas.

2.      Meningkatkan pengalaman lapangan bagi siswa-siswi sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul dalam usaha pemijahan ikan Lele Sangkuriang secara alami.

3.      Untuk meningkatkan keterampilan siswa, sekaligus sebagai media implementasi teori yang didapat semasa dibangku sekolah dengan kenyataan yang ada di lapangan.

4.      Diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan kreatif maupun inovatif di lapangan, khususnya mengenai Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang, serta berbagai informasi dan pengetahuan baru yang dapat enunjang Prakerin/PSG (Pendidikan Sistem Ganda) ini.

 

 

 

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

1.      KLASIFIKASI

Lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetika Lele Dumbo melalui silang balik (back cross).

è Phyllum = Chordata

à Kelas = Pisces

à Sub Kelas = Telestei

          à Ordo = Ostariuphusi

à Su bordo = Siluridea

à famili = clariidea

à genus = clarias

    à spesias = clarias Sp

 

 

2.      MORFOLOGI

Secara umum morfologi ikan lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo. Hal ini dikarenakan lele sangkuriang merupakan hasil silang dari induk lele dumbo. Ikan lele sangkuriang mempunyai tubuh memanjang, berkujlit licin, berlendir dan tidak bersisik. Bentuk kepala menggepeng (depres), dengan mulut relatif lebar, mempunyai empat pasang sungutt. Memiliki tiga sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan dirip dubur.

Sirip yang berpasangan ada dua yakni sirip dada dan sirip perut. Pada bagian atas ruang rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan (organ arborescent) bentuknya seperti batang pohon yang penuh dengan kapiler-kapiler darah.

A.    Perbaikan Genetik

Lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik (back cross) antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Kemudian menghasilkan jantan dan betina F2-6. Jantan F2-F6 selanjutnya dikawinkan dengan betina generasi kedua (F2) sehingga menghasilkan Lele Sankuriang. Induk betina F2  merupakan koleksi yang ada di BBPBAT Sukabumi yang merupakan persediaan induk yang ada di BBPBAT sukabumi. Pada tahun 2004, Lele Sangkuriang resmi di lepas sebagai varietas lele unggul berdasarkan Surat Keputusan Mentri Kelautan dan Perikanan No. KP.26/MEN/2004 tertanggal 21 juli 2004 (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004).

 

B.     Landasan Teori

Ikan Lele Sangkuriang (clarias sp) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas oleh masyarakat terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi.

Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin mengingkat setelah masuknya jenis ikan Lele Dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan Lele Dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan Lele Dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah.

 




 

1.      HABITAT

Lele Sangkuriang dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan yaitu kandungan O2 6 pppm, CO2 kurang dari 12 ppm, suhu (24-26)oC, PH (6-7), NH3 kurang dari 1 ppm, dan daya tembus matahari ke dalam air maksimun 30 cm.

 

2.      KEBIASAAN MAKAN

Ikan Lele Sangkuriang pada dasarnya bersifat karnivora (pemakan daging) maka pertumbuhannya akan lebih cepat, akan tetapi ikan ini juga makan pakan alami seperti jentik nyamuk, plankton, phytoplankton dan pakan buatan ikan lele sangkuriang biasa aktif makan pada malam hari karena bersifat nokturnal.

 

3.      POLA HIDUP

ikan Lele Sangkurian aktif pada malam hari, sedangkan pada saat siang hari ikan suka berada di permukaan tanah. Ikan Lele Sangkuriang lebih suka hidu di temat yang berlumpur ber air.

4.      PEMELIHARAAN

Pemeliharaan bisa di lakukan alam bak fiber, dan kolam tanah, bisa juga bak semen dan bak beton pada dasar kolam harus terdapat pakan alami agar ikan bisa tumbuh dengan cepat.


BAB III

PELAKSANAAN

 

1.      Waktu dan Lokasi

Pendidikan sistem ganda di lakukan pada tanggal 23 Desember 2014 yang berlokasi di Subah (BBIAT) Madak yang luas area 7,2 Ha.

 

2.      Keadaan Umum Lokasi

Industri perikanan di BBIAT Madak memiliki 3 ruang heatchery, mess, kantor, garasi, gudang, tempat penyimpanan alat.





 

1.      Potensi Sumber Alam

Sumber daya alam yang ada di wilayah kita tentu dapat di budidayakan untuk usaha, salah satunya adalah budidaya ikan. Dengan tanah yang subur dan gembur serta mata air yang selalu keluar dari dalam tanah bisa membantu peluang usaha.

 

2.      Sumber Air

Sumber air bisa berasal dari mata air, air hujan dan air pegunungan dengan kadar oksigen yang mencukupi untuk pertumbuhan ikan.

 

3.      Karakteristik Tanah

Tanah yang gembur dan subur sangat di perlukan dalam pemeliharaan untuk budidaya ikan karena sebagai bahan pakan alami yang berupa phytoplankton.

 

4.      Pelaksanaan

Adapun pelaksanaan yang di lakukan adalah sebagai berikut :

1)      Persiapan bak pemijahan

Wadah/bak yang digunakan di BBIAT Madak adalah bak fiber. Persiapan bak tersebut mencangkup :

·         Pengeringan bak/wadah

Sebelum bak pemijahan di gunakan untuk memijahkan induk lele, maka terlebih dahuu bak pemijahan harus di keringkan dan di bersihkan dari kotoran yang menempel pada dasar dan dinding bak, untuk menghilangkan kotoran tersebut bisa menggunakan sikat atau sapu, bak sikat dengan bersih sampai kotoran benar-benar hilang dan di biarkan hingga bak kering.

 

·         Pengisan air

Setelah di keringkan, bak di isi air jernih sekitar 30-40 cm, ph air yang di gunakan 6,3 – 6,8.

 

 

·         Pemasangan kakaban

Bak yang di isi air kemudia ndi lengkapi dengan kakaban (ijuk) yang disusun rapi dan di beri penahan bambu kemudian di ikat dengan tali agar tidak berserakan. Kakaban di beri pemberat agar tidak  mengapung . untuk 1 pasang induk 5 buah kakaban.

 

·         Seleksi induk

Merupakan langkah yang perlu di perhatikan tingkat kematangan gonad baik jantan maupun induk betina.

Pengamblikan induk di lakukan pada jam sore hari sekitar 04.00 dengan tujuan agar tidak cacat pada saat pemijahan pada malam hari. Induk yang di seleksi benar-benar bibit unggul dengan pertumbuhan agus, berumur setahun atau lebih, berat induk minimal 0,5 kg sehat dan tidak cacat.

Ciri-ciri induk jantan dan betina adalah sebagai berikut :

a.       Induk Betina

-          Perut membesar atau buncit dan terasa lembek jika diraba

-          Pergerakan lambat dan jinak

-          Alat kelamin bulat

-          Berwarna kemerahan

-          Tampak membesar (bengkak)

-          Warna tubuh berubah menjadi cokelat kemerahan

b.      Induk Jantan

-          Alat kelamin memerah

-          Alat kelamin tampak jelas

-          Lebih runcing

-          Ramping dan lincah

 

Jumlah induk yang terseleksi 1 (satu) ekor induk jantan dan 1 (satu) ekor induk betina, kendala yang di hadapi pada saat seleksi induk adalah untuk menentukan siap atau belum induk tersebut untuk di kawinkan, di karenakan induk jantan atau induk betina di tampung dalam satu kolam, jadi untuk melakukan pemilihan induk kolam tersebut harus di keringkan terlebih dahulu dan kurangnya persediaan air untuk mengisi kolam kembali, induk lele jantan dan betina yang telah di seleksi, ditimbang dengan berat induk rata-rata 0,5 kg tiap ekornya, setelah di timbang maka induk jantan dan induk betina dimasukkan kedalam bak pemijahan yang telah berisi air bersih dan diberi kakaban sebagai tempat menempelnya telur ikan lele.

 

·         Pemijahan

Teknik pemijahan ikan lele sangkurian (Clarias sp) yang telah di amati pada praktik di lapangan adalah pemijahan secara alami, pada sore hari (kira-kira pukul 17.00) induk jantan mauun induk betina dimasukkan ke dalam bak atau wadah pemijahan yang dilengkapi kakaban dan dibiarkan memijah sendiri.

Selanjutnya, wadah pemijahan ditutup agar induk ikan tidak melompat keluar, menjelang pukul 01.00 pagi hari biasanya induk lele sudah memijah induk lel betina mengeluarkan telur diikuti dengan induk jantan mengeluarkan sperma. Proses pembuahannya terjadi di luar tubuh ikan (eksternal).

Ada dua macam warna telur, yaitu transparan dan putih susu, telur berwarna transparan berarti telah di buahi, telur yang di hasilkan dalam proses pemijahan di perkirakan sebanyak 15.000 butir dari berat bobot induk 0,5 kg.

 

·         Penetasan telur

Kegiatan penetasan telur ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) yang dilakukan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Madak adalah menggunakan bak fiber glass dengan ukuran 3m x 2m x 0,5cm (panjang x lebar x kedalaman). Bak tersebut diisi air dengan ketinggian 30-40 cm dari permukaan bak. Selanjutnya, wadah penetasan di pasang aerator/blower untuk menyplai oksigen agar penetasan telur sempurna. Selain itu, suhu pada bak fiber glass diusahakan stabil pada 28-290 C karena suhu akan menentukan kecepatan penetasan telur. Untuk menjaga agar suhu tetap stabil saat penetasan di lakukan di ruangan tertutup yaitu diruang hatchery.

Pada sore harinya sekitar pukul 14.00 dilakukan pengecekan pada telur yang ada di dalam bak. Apabila kondisi telur berwarna transparan maka telur dikatakan berhasil dan akan menetas apabila warna telur berwarna putih secara keseluruahn maka telur dikatakan gagal, hal ini bisa disebabkan oleh pengaruh kualitas air yang tidak mendukung dan bisa juga di karenakan telur yang dihasilkan belum matang gonad. Pada praktik yang dilakukan, telur yang dihasilkan pada saat pengecekan telur dinyatakan berhasil dan ada sedikit telur yang berwarna putih susu. Telur yang berwarna putih susu merupakan telur yang tidak terbuahi oleh sperma jantan. Setelah 24 jam dari telur muai menetas, terlihat larva berenang diantara serabut-serabut ijuk kakaban. Kakaban baru diangkat dari bak penetasan setelah telur menetas semua. Jika dijumpai yang berwarna (mati maupun tidak terbuahi), telur segera dibuang supaya tidak ditumbuhi jamur. Daya tetas larva yang dihasilkan masing-masing dalam bak fiber glass lebih kurang 5000 ekor larva dan jumlah bak fiber glass adalah 2 buah.

 

2)      Persiapan kolam pendederan

Kegiatan praktik lapangan yang telah di lakukan dalam proses perawatan larva pada umur 5-10 hari, maka persiapan kolam pendederan dapat dilakukan secara bersamaan. Persiapan kolam pendederan lele umumnya meliputi pengeringan kolam, perbaikan pematang, dan pengolahan dasar kolam (untuk kolam tanah dan sawah), perbaikan pintu pemasukan dan pengeluaran air, serta pemupukan dan pengapuran.

a)      Pengeringan

Pengeringan dasar kolam selain untuk mengistirahatkan lahan, juga bertujuan untuk membasmi hama dan penyakit. Menghilangkan senyawa atau gas-gas beracun, mempercepat proses mineralilasi dari sisa bahan organik, dan memperbaiki struktur tanah menjadi gembur sehingga aerasi dalam tanah menjadi baik. Proses pengeringan dan penjemuran dasar kolam dilakukan selama 3 (tiga) hari, tergantung kondisi cuaca dan keadaan tanah. Dalam proses pengeringan kolam memerlukan tenaga kerja 2 (dua) orang, tujuannya adalah 1 (satu) orang untuk membuka dan menjaga saluran pembuangan, kemudian 1 (satu) orang untuk mengambil sisa benih yang tertinggal pada saat dilakukan pemanenan sebelumnya. Untuk mempercepat keringnya kolam, selain menggunakan saluran pembuangan juga menggunakan pompa air.

 

b)      Perbaikan Pematang

Perbaikan pematan bertujuan untuk mencegah kebocoran kolam. Kerusakan yang sering terjadi pada pematang biasanya berupa kebocoran kolam yang diakibatkan oleh belut, dan ular. Pematang yang bocor mengakibatkan air kolam tidak stabil dan benih bisa lolos keluar kolam. Perbaikan pematang yang bocor dilakukan dengan menyumbat bagian yang bocor dengan tanah. Dalam praktiknya perbaikan pematang dilakukan oleh 4 (empat) orang yang masing-masing bertugas untuk menembok/menutup semua pinggir kolam dengan tanah dan alat yang digunakan berupa cangkul. Tanah yang digunakan untuk menutup lubang kolam yang bocor menggunakan tanah yang lebih keras agar tidak bocor oleh tekanan air.

 

c)      Pengolahan Dasar Kolam

Pada praktik yang telah dilakukan di lapangan pengolahan dasar kolam dilakukan pada saat kolam setelah dilakukannya perbaikan pematang pada pinggir kolam. Untuk pengolahan dasar kolam pada saat kondisi tanah sugah mengeras dan unsur ammonia sudah hilang yang disebabkan oleh sisa-sisa pembusukan pakan yang tertinggal. Apabila kondisi tanah sudah mengeras maka dilakukan kegiatan pemblikan tanah dengan cara membajak atau mencangkul dasar kolam. Kegiatan pengolahan dasar kolam dilakukan oleh 2 (dua) orang dengan menggunakan alat berupa cangkul, setelah dicangkul dasar kolam diratakan kembali sehingga tidak ada lobang bekas cangkulan dikarenakan agar mempermudah dalam proses pemanenan benih. Apabila lobang-lobang tersebut tidak diratakan maka benih akan sembunyi di dalamnya dan mempersulit untuk melakukan panen. Setelah dasar kolam di ratakan dan di tata kemudian dibuat kemalir (parit kecil), kemalir ini berfungsi untuk memudahkan pemanenan dan sebagai tempat berlindung benih ikan pada siang hari dan jika ada predator (pemangsa), posisi kemalir dibuat dari pintu pemasukan air hingga pada pintu pengeluaran air. Kemalir yang dibuat pada dasar kolam ini berukuran lebar 0,5 m dengan kedalaman 0,3 m, pengolahan dasar kolam bertujuan untuk menggemburkan tanah, mengoksidasi gas-gas beracun, serta mempercepat proses pembusukan bahan organik dan menciptakan lapisan kedap air pada kolam.

 

d)     Perbaikan Pintu Air

Sebelum saluran/pintu air ditutup, pintu air diperiksa terlebih dahulu. Untuk menghindari masuknya ikan liar atau lolosnya benih ikan keluar kolam, pintu pemasukan dan pengeluaran air harus diperbaiki. Selain itu, pintu pemasukan air sebaiknya dilengkapi dengan saringan yang berfungsi mencegah ikan dan sampah masuk ke kolam. Untuk mengendalikan keluar masuknya air, pintu/saluran dipasang potongan pipa pralon sesuai dengan ketinggian air pada kolam. Pemasangan pipa pralon juga berfungsi untuk terjadinya luapan air yang tidak di duga akibat hujan deras.

 

e)      Pengapuran

Pada praktik di lapangan setelah dilakukannya pengolahan dasar kolam dan perbaikan pintu air kolam dibiarkan selama 2 hari. Setelah itu dilakukan pengapuran pada dasar kolam, pengapuran dilakukan oleh 2 orang, pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan tanah dasar kolam pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah, membunuh hama, parasit dan penyakit ikan serta mempercepat pembongkaran bahan-bahan organik. Kapur yang sering digunakan adalah kapur pertanian atau dolmit dengan dosis 100 g/m2. Apabila pemberian kapur terlalu banyak maka akan berpengaruh pada kualitas air yang bisa mengakibatkan kadar air menjadi basah, jika ini terjadi maka pertumbuhan benih akan lambat.

 

f)       Pemupukan

Untuk memperbaiki struktur tanah yang telah tercemar atau mengandung amonia yang tinggi maka dilakukan pemupukan pada dasar kolam. Pemupukan tidak sama seperti dengan pengapuran, pupuk diberikan tidak di sebar/di tabur pada dasar kolam tetapi pupuk dimasukkan di dalam karung untuk menghindari pencemaran terhadap kualitas air. Dosis pupuk yang diberikan beratnya rata-rata 1 karung 50 kg sebanyak 4 karung dalam 1 kolam. Pupuk yang digunakan terdiri dari kotoran sapi yang telah di olah. Pupuk yang ada di dalam karung diletakkan pada setiap sudut dasar kolam. Pemupukan dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja yang masing-masing tugasnyasama untuk mengangkut pupuk dari gudang ke kolam pendederan. Pemupukan bertujuan untuk menyediakan media tempat tumbuhnya pakan alami dan unsur hara bagi tanaman atau plankton. Plankton merupakan pakan lele, terutama pada benih. Semakin banyak plankton yang ada di dalam air maka pertumbuhan benih semakin cepat.

 

g)      Pengolahan Air

Pada kegiatan praktik di lapangan pengisian air kolam dilakukan 2 hari sebelum pendederan benih, air yang telah diisi jangan sampai terlalu lama dibiarkan. Sumber air yang didapatkan melalui sumber air gunung. Pengisian air dilakukan pada pagi hari. Apabila air terlalu lama dibiarkan di dalam kolam pendederan maka akan banyak hama pengganggu atau pemangsa benih yang ada di dalam kolam seperti katak yang berkembang biak di dalam kolam akan memangsa larva lele yang masih kecil. Hal ini bisa mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pemanenan benih. Pengairan kolam dilakukan hingga ketinggian air mencapai 30-40 cm. Pada ketinggian air tersebut, sinar matahari masih bisa mencapai dasar kolam tempat terdapatnya pupuk. Air yang telah diisi akan ditumbuhi plankton dengan ciri warna air berubah menjadi kehijau-hijauan. Air berfungsi sebagai media internal dan eksternal bagi ikan. Sebagai media internal, air berfungsi sebagai bahan baku untuk metabolisme tubuh, mengangkut bahan makanan keseluruh tubuh, mengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh, dan mengatur atau menyangga suhu tubuh. Sementara sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitat. Oleh karena itu, peran air sangat esensial dalam kehidupan benih. Kualitas dan kuantitas air harus dijaga agar sesuai kebutuhan ikan. Kuaitas dan kuantitas air harus dijaga agar sesuai kebutuhan benih.

 

3)      Pendederan Benih

Benih lele sudah dapat didederkan pada kolam semen yang berukuran 20 x 25 m atau di tempat terbuka pada saat benih berumur 21 hari sejak dari menetas. Waktu penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada sore hari puku 16.00, agar suhunya tidak terlalu tinggi. Ketinggian air kolam dipertahankan sekitar 30-40 cm karena ukuran benih masih kecil. Jika ketinggian air lebih dalam lagi, bibit lele yang masih kecil akan kesulitan. Cara penebaran benih lele adalah dengan cara aklimatisasi, yaitu wadah yang berisi benih lele diletakkan pelan-pelan kedalam air, lalu air kolam dibiarkan masuk kedalam wadah benih dengan pelan-pelan. Setelah merasa telah beradaptasi, benih akan lepas meninggalkan wadahnya ke tengah kolam.

Setelah benih berada dalam kolam, pemeliharaan yang menyangkut pergantian air dan pemberian pakan tambahan harus betul-betul diperhatikan. Benih lele di kolam pendederan diberi pakan berupa pelet berbentuk tepung dengan kandungan protein minimal 40%, seperti Charoen Phokphand kode FF999. Semakin besar ukuran tubuh dan bukaan mulut ikan, semakin besar ukuran pakan. Adapun frekuensi pemberian pakan untuk benih lele yang masih kecil, yaitu 4-5 kali dalam sehari. Waktu pemberian pakannya pada pagi, siang, sore dan malam hari.

 

4)      Panen dan Packing

-          Panen

Panen dilakukan sesuai dengan ukuran benih lele yang di minta oleh pembeli/pasar. Kisaran ukuran beni lele yang diminta biasanya dari benih berumur 25-40 hari dan pada saat benih berukuran 3-5 cm, sampai benih berukuran 5-8 cm, pemanenan dilakukan pada saat pagi hari saat suhu udara dan suhu air masih rendah.

Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam sampai mencapai sepertiga bagian dan menangkap benih menggunakan jaring, benih yang berhasil dipanen secara hati-hati ditampung dalam hava, kemudian benih dihitung dengan cara sampling menggunakan metode volumetrik untuk mengetahui jumlahnya. Perhitungan benih dengan metode volumetrik bertujuan agar benih yang dihitung tidak luka atau lecet. Pertama-tama, siapkan gelas kecil atau wadah lainnya. Masukkan benih lele kedalam gelas tersebut dan hitung secara manual hingga diketahui jumlahnya. Lakukan sampling beberapa kali sehingga diperoleh jumlah benih lele setiap kali disampling. Jumlah total benih sampling dibagi jumlah sampling yang dilakukan sehingga diketahui jumlah rata-rata. Jumlah rata-rata inilah yang dijadikan patokan dalam menghitung benih lele keseluruhan. Pada praktik yang tlah dilakukan pemanenan benih lele yang dihasilkan lebih kurang 50% dari pendederan yang dilakukan sebelumnya, faktor tersebut dipengaruhi oleh banyaknya benih yang hilang dimakan oleh katak.

 

 

 

 

-          Packing

Packing yang benar dilakukan jika benih lele dikirim ke tempat yang jauh dengan lama perjalanan 6-8 jam, lakukan pengemasan benih dengan cara-cara sebagai berikut :

a)      Sebelum dikemas, beih lele harus diberok atau di puasakan dahulu selama satu hari. Lele diberok agar mengeluarkan kotoran sehingga pada saat pengangkutan lele tidak mengeluarkan kotoran. Pasalnya, kotoran dapat menjadi racun bagi lele selama waktu pengiriman atau pengangkutan.

b)      Sebagai wadah atau media pengangkutan, seiapkan kantong plastik ukuran 40x60 cm atau 50x75 cm. Agar  plastik tidak bocor atau sobek, sebaiknya plastik dirangkap. Setiap sudut plastik diikat dengan karet gelang benih agar benih lele tidak terjepit di sudut-sudut kantong plastik.

c)      Pastikan jumlah kantong plastik yang akan digunakan sesuai dengan jumlah lele dikirim. Setiap kantong plastik dapat diisi 500 ekor benih lele ukuran 3-5 cm atau 5-8 cm.

d)     Setiap kantong plastik diisi air bersih dan jernih sebanyak sepetiga bagian, sekitar 3-4 liter, selanjutnya masukkan benih lele yang tidak diberok sebanyak 500 ekor / kantong.

e)      Masukkan oksigen kedalam kantong plastik menggunakan slang secara perlahan. Jumlah oksigen yang dimasukkan adalah dua pertiga bagian dari kantong plastik.

f)       Setelah oksigen dimasukkan, bagian atas kantong plastik diputar sampai kantong plastik mengembang. Agar oksigen tidak keluar, ikat menggunakan karet gelang. Selanjutnya, benih ikan lele siap dikirim ketempat tujuan.

 


BAB IV

MASALAH DAN PEMECAHAN

 

 

1.      MASALAH

Masalah yang ada adalah jika hujan turun akan menyebabkan kolam meluap dan ikan akan melompat keluar dan hama penyakit berdatangan.

 

2.      PEMECAHAN

Dengan membuat pintu pengeluaran dan meninggikan pematang / tanggul.

 


BAB V

PENUTUP

 

1.      Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktik lapangan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Madak, dapat disimpulkan :

a.       Pembenihan lele sangkuriang (clarias sp) yang dilakukan di BBIAT Madak adalah pemijahan secara alami.

b.      Adapun materi yang diamati dalam pemijahan ikan lele sangkuriang (clarias sp) secara alai ditempat praktik di lapngan adalah persiapan wadah/bak pemijahan, seleksi induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva, persiapan kolam pendederan, penebaran benih, seleksi benih, panen dan packing.

c.       Telur yang dihasilkan dari berat induk 0,5 kg sebanyak 15.000 butir pada pemijahan secara alami. Telur yang menetas pada pemijaha alami sebanyak 10.000 ekor larva dengan tingkat keberhasilan benih yang dipanen adalah 50%.

d.      Benih yang telah disortir terbagi menjadi beberapa kuran yaitu 2-3 cm pada umur 15-20 hari, ukuran 3-5 cm pada umur 25-30 hari, dan ukuran 5-8 cm pada umur 5-40 hari.

e.       Pemanenan dilakukan pada saat pagi hari saat suhu udara dan suhu air masih rendah, benih yang dipanen dipindahkan ke tempat penampungan menggunakan hava.

 

2.      Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama praktik berlangsung, ada bebeapa hal yang dapat penulis sarankan, antara lain :

a.       Sebaiknya dilakukan kontrol terhadap kualitas air pada saat pemijahan, penetasan telur, kolam pendederan agar kestabilan kualitas air dapat terjaga dan jika terjadi kematian pada ikan dapat diketahui apakah karena kualitas air yang buruk atau ada sebab lain.

b.      Induk ikan Lele Sangkuriang yang ada di BBIAT Madak banyak yang terkontaminasi (baster), maka akan lebih baik jika dihadirkan induk yang berkualitas unggul untuk menjaga keaslian dan kesempurnaan benih ikan lele sangkuriang (clarias sp) yang akan dihasilkan.

c.       Bila melakukan pemijahan sebaiknya dipilih induk yang benar-benar telah matang, karena jika induk yang dipilih tingkat kematangan gonadnya belum maksimal, maka tingkat daya tetas telur tidak maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim, Lele Sangkuriang. Poster Tentang Pelepasan Varietas Ikan Lele Sebagai Varietas Unggul, Sukabumi: Balai Pustaka Pengembangan Budidaya Air Tawar, Ditjen Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007

Anonim, Lele Sangkuriang (clarias sp). Poster Tentang Silsilah Dan Karakteristik Lele Sangkuriang, Sukabumi: Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar, Ditjen Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007

Ghufran, 2010. Panduan Lengkap Memilihara Ikan Air Tawar Di Kolam Terpal, Lily Publisher: Yogyakarta

Khairuman dan Amri, K, 2011. Buku Pintar Budidaya Dan Bisnis 15 Ikan Konsumsi, PT, Agro Media Pustaka : Jakarta

Khairuman dan Amri, K, 2011. Pembenihan Lele 21 Hari Balik Modal, PT. Agro Media Pustaka : Jakarta

Mahyuddin, Kholish, 2011 Panduan Lengap Agribisnis Lele, Penebar Swadaya : Jakarta

Nasrudin, 2010. Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang, PT Agro Media Pustaka : Jakarta Selatan

Setya, W dan Agung, 2012. Kunci Sukses Budidaya Lele Sangkuriang Di Lahan Sempit, Pinang Merah Publisher : Yogyakarta

Supriyadi, H. Pengendalian Penyakit Pada Ikan Lele (Bogor: Balai Perikanan Budidaya Air Tawar, 2006)

Suyanto, R. Budidaya Ikan Lele (Jakarta : Universitas Terbuka : 1999)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias Sp) SECARA ALAMI BALAI BENIH IKAN AIR TAWAR (BBIAT) "

Posting Komentar