PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias Sp) SECARA ALAMI BALAI BENIH IKAN AIR TAWAR (BBIAT)
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Kabupaten sambas memiliki potensi perikanan sangat
besar. Peluang pengembangan potensi lahan 1.776.72 Ha. Dengan bentuk usaha :
Perorangan, Unit Pembenihan Rakyat (UPR), Perseroan. Salah satu komoditas ikan
yang saat ini banyak dibudidayakan adalah ikan Lele Sangkuriang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Sambas, 2012).
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar
yang sudah dibudidayakan secara luas oleh masarakat Indonesia khususnya di
Kabupaten Sambas. Namun kegiatan pembudidayaan ikan Lele Sangkuriang belum
dapat di katakan optimal, hal tersebut di karenakan oleh kurangnya pasokan
benih ikan Lele Sangkuriang untuk mendukung kegaitan pembesaran ikan lele
khususnya varietas Lele Sangkuriang. Untuk mendukung kegiatan pembesaran Lele
Sangkuriang, kegiatan pembenihan merupakan salah satu alternatif yang dapat
dilakukan.
Lele Sangkuriang memiliki banyak keunggulan. Dengan
teknik pembenihan yang tepat, lele unggul dapat berproduksi telur 40.000 –
60.000 butir, dibandingkan dengan varietas lele yang lain. Begitu juga dengan
daya tetasnya, yakni 90%. Dengan demikian angka produksi Lele Sangkuriang
menjadi lebih tinggi dibanding varietas lele yang lain seperti Lele Dumbo, yang
hanya dapat memproduksi telur 20.000 – 30.000 butir dengan daya tetas 80 % (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004).
Pemijahan ikan Lele Sangkurian dilakukan secara
alami. Pemijahan secara alami berbeda dengan pemijahan secara buatan, pemijahan
secara alami dilakukan dengan alat dan
cara yang sederhana, sehingga memudahkan dalam proses pemijahan dan dapat
meminimalisir biaya yang dikeluarkan.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis berminat
untuk mengambil judul laporan Prakerin / PSG (Pendidikan Sistem Ganda) dengan judul “Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Secara Alami”. Namun Praktik Kerja Industri ini dibatasi pada kegiatan
persiapan bak pemijahan. Seleksi induk, pendederan benih, seleksi benih, panen
dan packing.
2.
Tujuan Prakerin/PSG (Pendidikan Sistem Ganda)
Adapun
tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan Prakerin/PSG (Pendidikan Sistem Ganda) ini adalah :
1. Untuk
mengetahui tentang proses pembenihan ikan Lele Sangkuriang secara alami agar
dapat menghasilkan produksi benih ikan yang berkualitas.
2. Meningkatkan
pengalaman lapangan bagi siswa-siswi sehingga lebih peka terhadap
masalah-masalah yang mungkin timbul dalam usaha pemijahan ikan Lele Sangkuriang
secara alami.
3. Untuk
meningkatkan keterampilan siswa, sekaligus sebagai media implementasi teori
yang didapat semasa dibangku sekolah dengan kenyataan yang ada di lapangan.
4. Diharapkan
siswa dapat meningkatkan kemampuan kreatif maupun inovatif di lapangan,
khususnya mengenai Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang, serta berbagai informasi
dan pengetahuan baru yang dapat enunjang Prakerin/PSG (Pendidikan Sistem Ganda) ini.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
1. KLASIFIKASI
Lele
Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetika Lele Dumbo melalui silang balik
(back cross).
è Phyllum = Chordata
à Kelas = Pisces
à Sub Kelas = Telestei
à Ordo = Ostariuphusi
à Su bordo = Siluridea
à famili = clariidea
à genus = clarias
à spesias = clarias Sp
2. MORFOLOGI
Secara
umum morfologi ikan lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo. Hal ini
dikarenakan lele sangkuriang merupakan hasil silang dari induk lele dumbo. Ikan
lele sangkuriang mempunyai tubuh memanjang, berkujlit licin, berlendir dan
tidak bersisik. Bentuk kepala menggepeng (depres),
dengan mulut relatif lebar, mempunyai empat pasang sungutt. Memiliki tiga sirip
tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan dirip dubur.
Sirip
yang berpasangan ada dua yakni sirip dada dan sirip perut. Pada bagian atas
ruang rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan (organ arborescent) bentuknya seperti batang pohon yang penuh dengan
kapiler-kapiler darah.
A. Perbaikan
Genetik
Lele
Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik (back cross) antara induk betina generasi
kedua (F2) dengan induk jantan
generasi keenam (F6). Kemudian
menghasilkan jantan dan betina F2-6. Jantan F2-F6 selanjutnya dikawinkan dengan
betina generasi kedua (F2) sehingga
menghasilkan Lele Sankuriang. Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di BBPBAT Sukabumi
yang merupakan persediaan induk yang ada di BBPBAT sukabumi. Pada tahun 2004,
Lele Sangkuriang resmi di lepas sebagai varietas lele unggul berdasarkan Surat
Keputusan Mentri Kelautan dan Perikanan No. KP.26/MEN/2004 tertanggal 21 juli
2004 (Departemen Kelautan dan Perikanan,
2004).
B. Landasan
Teori
Ikan
Lele Sangkuriang (clarias sp)
merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas
oleh masyarakat terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat
dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan
padat tebar tinggi.
Pengembangan
usaha budidaya ikan lele semakin mengingkat setelah masuknya jenis ikan Lele
Dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan Lele Dumbo dibanding lele lokal
antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan
terhadap penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung
pengelolaan induk yang baik menyebabkan Lele Dumbo mengalami penurunan
kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang
berkualitas rendah.
1. HABITAT
Lele
Sangkuriang dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek.
Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan yaitu kandungan O2 6 pppm,
CO2 kurang dari 12 ppm, suhu (24-26)oC,
PH (6-7), NH3 kurang dari
1 ppm, dan daya tembus matahari ke dalam air maksimun 30 cm.
2. KEBIASAAN
MAKAN
Ikan
Lele Sangkuriang pada dasarnya bersifat karnivora (pemakan daging) maka pertumbuhannya akan lebih cepat, akan tetapi
ikan ini juga makan pakan alami seperti jentik nyamuk, plankton, phytoplankton
dan pakan buatan ikan lele sangkuriang biasa aktif makan pada malam hari karena
bersifat nokturnal.
3. POLA
HIDUP
ikan
Lele Sangkurian aktif pada malam hari, sedangkan pada saat siang hari ikan suka
berada di permukaan tanah. Ikan Lele Sangkuriang lebih suka hidu di temat yang
berlumpur ber air.
4. PEMELIHARAAN
Pemeliharaan
bisa di lakukan alam bak fiber, dan kolam tanah, bisa juga bak semen dan bak
beton pada dasar kolam harus terdapat pakan alami agar ikan bisa tumbuh dengan
cepat.
BAB
III
PELAKSANAAN
1. Waktu
dan Lokasi
Pendidikan
sistem ganda di lakukan pada tanggal 23 Desember 2014 yang berlokasi di Subah
(BBIAT) Madak yang luas area 7,2 Ha.
2. Keadaan
Umum Lokasi
Industri
perikanan di BBIAT Madak memiliki 3 ruang heatchery, mess, kantor, garasi,
gudang, tempat penyimpanan alat.
1. Potensi
Sumber Alam
Sumber
daya alam yang ada di wilayah kita tentu dapat di budidayakan untuk usaha,
salah satunya adalah budidaya ikan. Dengan tanah yang subur dan gembur serta
mata air yang selalu keluar dari dalam tanah bisa membantu peluang usaha.
2. Sumber
Air
Sumber
air bisa berasal dari mata air, air hujan dan air pegunungan dengan kadar
oksigen yang mencukupi untuk pertumbuhan ikan.
3. Karakteristik
Tanah
Tanah
yang gembur dan subur sangat di perlukan dalam pemeliharaan untuk budidaya ikan
karena sebagai bahan pakan alami yang berupa phytoplankton.
4. Pelaksanaan
Adapun
pelaksanaan yang di lakukan adalah sebagai berikut :
1) Persiapan
bak pemijahan
Wadah/bak
yang digunakan di BBIAT Madak adalah bak fiber. Persiapan bak tersebut
mencangkup :
·
Pengeringan bak/wadah
Sebelum bak pemijahan di gunakan untuk memijahkan
induk lele, maka terlebih dahuu bak pemijahan harus di keringkan dan di
bersihkan dari kotoran yang menempel pada dasar dan dinding bak, untuk
menghilangkan kotoran tersebut bisa menggunakan sikat atau sapu, bak sikat
dengan bersih sampai kotoran benar-benar hilang dan di biarkan hingga bak
kering.
·
Pengisan air
Setelah di keringkan, bak di isi air jernih sekitar
30-40 cm, ph air yang di gunakan 6,3 – 6,8.
·
Pemasangan kakaban
Bak yang di isi air kemudia ndi lengkapi dengan
kakaban (ijuk) yang disusun rapi dan
di beri penahan bambu kemudian di ikat dengan tali agar tidak berserakan.
Kakaban di beri pemberat agar tidak
mengapung . untuk 1 pasang induk 5 buah kakaban.
·
Seleksi induk
Merupakan langkah yang perlu di perhatikan tingkat
kematangan gonad baik jantan maupun induk betina.
Pengamblikan induk di lakukan pada jam sore hari
sekitar 04.00 dengan tujuan agar tidak cacat pada saat pemijahan pada malam
hari. Induk yang di seleksi benar-benar bibit unggul dengan pertumbuhan agus,
berumur setahun atau lebih, berat induk minimal 0,5 kg sehat dan tidak cacat.
Ciri-ciri induk jantan dan betina adalah sebagai
berikut :
a. Induk
Betina
-
Perut membesar atau buncit dan terasa
lembek jika diraba
-
Pergerakan lambat dan jinak
-
Alat kelamin bulat
-
Berwarna kemerahan
-
Tampak membesar (bengkak)
-
Warna tubuh berubah menjadi cokelat
kemerahan
b. Induk
Jantan
-
Alat kelamin memerah
-
Alat kelamin tampak jelas
-
Lebih runcing
-
Ramping dan lincah
Jumlah induk yang terseleksi 1 (satu) ekor induk jantan dan 1 (satu)
ekor induk betina, kendala yang di hadapi pada saat seleksi induk adalah untuk
menentukan siap atau belum induk tersebut untuk di kawinkan, di karenakan induk
jantan atau induk betina di tampung dalam satu kolam, jadi untuk melakukan
pemilihan induk kolam tersebut harus di keringkan terlebih dahulu dan kurangnya
persediaan air untuk mengisi kolam kembali, induk lele jantan dan betina yang
telah di seleksi, ditimbang dengan berat induk rata-rata 0,5 kg tiap ekornya,
setelah di timbang maka induk jantan dan induk betina dimasukkan kedalam bak
pemijahan yang telah berisi air bersih dan diberi kakaban sebagai tempat
menempelnya telur ikan lele.
·
Pemijahan
Teknik pemijahan ikan lele sangkurian (Clarias sp) yang telah di amati pada
praktik di lapangan adalah pemijahan secara alami, pada sore hari (kira-kira pukul 17.00) induk jantan
mauun induk betina dimasukkan ke dalam bak atau wadah pemijahan yang dilengkapi
kakaban dan dibiarkan memijah sendiri.
Selanjutnya, wadah pemijahan ditutup agar induk ikan
tidak melompat keluar, menjelang pukul 01.00 pagi hari biasanya induk lele sudah
memijah induk lel betina mengeluarkan telur diikuti dengan induk jantan
mengeluarkan sperma. Proses pembuahannya terjadi di luar tubuh ikan (eksternal).
Ada dua macam warna telur, yaitu transparan dan
putih susu, telur berwarna transparan berarti telah di buahi, telur yang di
hasilkan dalam proses pemijahan di perkirakan sebanyak 15.000 butir dari berat
bobot induk 0,5 kg.
·
Penetasan telur
Kegiatan penetasan telur ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) yang dilakukan di Balai
Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Madak adalah menggunakan bak fiber glass dengan
ukuran 3m x 2m x 0,5cm (panjang x lebar x
kedalaman). Bak tersebut diisi air dengan ketinggian 30-40 cm dari
permukaan bak. Selanjutnya, wadah penetasan di pasang aerator/blower untuk menyplai oksigen agar penetasan telur
sempurna. Selain itu, suhu pada bak fiber glass diusahakan stabil pada 28-290
C karena suhu akan menentukan kecepatan penetasan telur. Untuk menjaga agar
suhu tetap stabil saat penetasan di lakukan di ruangan tertutup yaitu diruang hatchery.
Pada sore harinya sekitar pukul 14.00 dilakukan
pengecekan pada telur yang ada di dalam bak. Apabila kondisi telur berwarna
transparan maka telur dikatakan berhasil dan akan menetas apabila warna telur
berwarna putih secara keseluruahn maka telur dikatakan gagal, hal ini bisa
disebabkan oleh pengaruh kualitas air yang tidak mendukung dan bisa juga di
karenakan telur yang dihasilkan belum matang gonad. Pada praktik yang
dilakukan, telur yang dihasilkan pada saat pengecekan telur dinyatakan berhasil
dan ada sedikit telur yang berwarna putih susu. Telur yang berwarna putih susu
merupakan telur yang tidak terbuahi oleh sperma jantan. Setelah 24 jam dari
telur muai menetas, terlihat larva berenang diantara serabut-serabut ijuk
kakaban. Kakaban baru diangkat dari bak penetasan setelah telur menetas semua.
Jika dijumpai yang berwarna (mati maupun
tidak terbuahi), telur segera dibuang supaya tidak ditumbuhi jamur. Daya
tetas larva yang dihasilkan masing-masing dalam bak fiber glass lebih kurang
5000 ekor larva dan jumlah bak fiber glass adalah 2 buah.
2) Persiapan
kolam pendederan
Kegiatan
praktik lapangan yang telah di lakukan dalam proses perawatan larva pada umur
5-10 hari, maka persiapan kolam pendederan dapat dilakukan secara bersamaan.
Persiapan kolam pendederan lele umumnya meliputi pengeringan kolam, perbaikan
pematang, dan pengolahan dasar kolam (untuk
kolam tanah dan sawah), perbaikan pintu pemasukan dan pengeluaran air,
serta pemupukan dan pengapuran.
a) Pengeringan
Pengeringan
dasar kolam selain untuk mengistirahatkan lahan, juga bertujuan untuk membasmi
hama dan penyakit. Menghilangkan senyawa atau gas-gas beracun, mempercepat
proses mineralilasi dari sisa bahan organik, dan memperbaiki struktur tanah
menjadi gembur sehingga aerasi dalam tanah menjadi baik. Proses pengeringan dan
penjemuran dasar kolam dilakukan selama 3 (tiga)
hari, tergantung kondisi cuaca dan keadaan tanah. Dalam proses pengeringan
kolam memerlukan tenaga kerja 2 (dua)
orang, tujuannya adalah 1 (satu)
orang untuk membuka dan menjaga saluran pembuangan, kemudian 1 (satu) orang untuk mengambil sisa benih
yang tertinggal pada saat dilakukan pemanenan sebelumnya. Untuk mempercepat
keringnya kolam, selain menggunakan saluran pembuangan juga menggunakan pompa
air.
b) Perbaikan
Pematang
Perbaikan
pematan bertujuan untuk mencegah kebocoran kolam. Kerusakan yang sering terjadi
pada pematang biasanya berupa kebocoran kolam yang diakibatkan oleh belut, dan
ular. Pematang yang bocor mengakibatkan air kolam tidak stabil dan benih bisa
lolos keluar kolam. Perbaikan pematang yang bocor dilakukan dengan menyumbat
bagian yang bocor dengan tanah. Dalam praktiknya perbaikan pematang dilakukan
oleh 4 (empat) orang yang
masing-masing bertugas untuk menembok/menutup semua pinggir kolam dengan tanah
dan alat yang digunakan berupa cangkul. Tanah yang digunakan untuk menutup
lubang kolam yang bocor menggunakan tanah yang lebih keras agar tidak bocor
oleh tekanan air.
c) Pengolahan
Dasar Kolam
Pada
praktik yang telah dilakukan di lapangan pengolahan dasar kolam dilakukan pada
saat kolam setelah dilakukannya perbaikan pematang pada pinggir kolam. Untuk
pengolahan dasar kolam pada saat kondisi tanah sugah mengeras dan unsur ammonia
sudah hilang yang disebabkan oleh sisa-sisa pembusukan pakan yang tertinggal.
Apabila kondisi tanah sudah mengeras maka dilakukan kegiatan pemblikan tanah
dengan cara membajak atau mencangkul dasar kolam. Kegiatan pengolahan dasar
kolam dilakukan oleh 2 (dua) orang
dengan menggunakan alat berupa cangkul, setelah dicangkul dasar kolam diratakan
kembali sehingga tidak ada lobang bekas cangkulan dikarenakan agar mempermudah
dalam proses pemanenan benih. Apabila lobang-lobang tersebut tidak diratakan
maka benih akan sembunyi di dalamnya dan mempersulit untuk melakukan panen.
Setelah dasar kolam di ratakan dan di tata kemudian dibuat kemalir (parit kecil), kemalir ini berfungsi untuk
memudahkan pemanenan dan sebagai tempat berlindung benih ikan pada siang hari
dan jika ada predator (pemangsa),
posisi kemalir dibuat dari pintu pemasukan air hingga pada pintu pengeluaran
air. Kemalir yang dibuat pada dasar kolam ini berukuran lebar 0,5 m dengan
kedalaman 0,3 m, pengolahan dasar kolam bertujuan untuk menggemburkan tanah,
mengoksidasi gas-gas beracun, serta mempercepat proses pembusukan bahan organik
dan menciptakan lapisan kedap air pada kolam.
d) Perbaikan
Pintu Air
Sebelum
saluran/pintu air ditutup, pintu air diperiksa terlebih dahulu. Untuk
menghindari masuknya ikan liar atau lolosnya benih ikan keluar kolam, pintu
pemasukan dan pengeluaran air harus diperbaiki. Selain itu, pintu pemasukan air
sebaiknya dilengkapi dengan saringan yang berfungsi mencegah ikan dan sampah
masuk ke kolam. Untuk mengendalikan keluar masuknya air, pintu/saluran dipasang
potongan pipa pralon sesuai dengan ketinggian air pada kolam. Pemasangan pipa
pralon juga berfungsi untuk terjadinya luapan air yang tidak di duga akibat
hujan deras.
e) Pengapuran
Pada
praktik di lapangan setelah dilakukannya pengolahan dasar kolam dan perbaikan
pintu air kolam dibiarkan selama 2 hari. Setelah itu dilakukan pengapuran pada
dasar kolam, pengapuran dilakukan oleh 2 orang, pemberian kapur dilakukan
dengan cara disebar merata pada permukaan tanah dasar kolam pengapuran
bertujuan untuk menaikkan pH tanah, membunuh hama, parasit dan penyakit ikan
serta mempercepat pembongkaran bahan-bahan organik. Kapur yang sering digunakan
adalah kapur pertanian atau dolmit dengan dosis 100 g/m2. Apabila pemberian
kapur terlalu banyak maka akan berpengaruh pada kualitas air yang bisa
mengakibatkan kadar air menjadi basah, jika ini terjadi maka pertumbuhan benih
akan lambat.
f) Pemupukan
Untuk
memperbaiki struktur tanah yang telah tercemar atau mengandung amonia yang tinggi maka dilakukan
pemupukan pada dasar kolam. Pemupukan tidak sama seperti dengan pengapuran,
pupuk diberikan tidak di sebar/di tabur pada dasar kolam tetapi pupuk
dimasukkan di dalam karung untuk menghindari pencemaran terhadap kualitas air.
Dosis pupuk yang diberikan beratnya rata-rata 1 karung 50 kg sebanyak 4 karung
dalam 1 kolam. Pupuk yang digunakan terdiri dari kotoran sapi yang telah di
olah. Pupuk yang ada di dalam karung diletakkan pada setiap sudut dasar kolam.
Pemupukan dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja yang masing-masing tugasnyasama
untuk mengangkut pupuk dari gudang ke kolam pendederan. Pemupukan bertujuan
untuk menyediakan media tempat tumbuhnya pakan alami dan unsur hara bagi
tanaman atau plankton. Plankton merupakan pakan lele, terutama pada benih.
Semakin banyak plankton yang ada di dalam air maka pertumbuhan benih semakin
cepat.
g) Pengolahan
Air
Pada
kegiatan praktik di lapangan pengisian air kolam dilakukan 2 hari sebelum
pendederan benih, air yang telah diisi jangan sampai terlalu lama dibiarkan.
Sumber air yang didapatkan melalui sumber air gunung. Pengisian air dilakukan
pada pagi hari. Apabila air terlalu lama dibiarkan di dalam kolam pendederan
maka akan banyak hama pengganggu atau pemangsa benih yang ada di dalam kolam
seperti katak yang berkembang biak di dalam kolam akan memangsa larva lele yang
masih kecil. Hal ini bisa mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pemanenan
benih. Pengairan kolam dilakukan hingga ketinggian air mencapai 30-40 cm. Pada
ketinggian air tersebut, sinar matahari masih bisa mencapai dasar kolam tempat
terdapatnya pupuk. Air yang telah diisi akan ditumbuhi plankton dengan ciri
warna air berubah menjadi kehijau-hijauan. Air berfungsi sebagai media internal
dan eksternal bagi ikan. Sebagai media internal, air berfungsi sebagai bahan
baku untuk metabolisme tubuh, mengangkut bahan makanan keseluruh tubuh,
mengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh, dan mengatur
atau menyangga suhu tubuh. Sementara sebagai media eksternal, air berfungsi
sebagai habitat. Oleh karena itu, peran air sangat esensial dalam kehidupan
benih. Kualitas dan kuantitas air harus dijaga agar sesuai kebutuhan ikan.
Kuaitas dan kuantitas air harus dijaga agar sesuai kebutuhan benih.
3) Pendederan
Benih
Benih
lele sudah dapat didederkan pada kolam semen yang berukuran 20 x 25 m atau di
tempat terbuka pada saat benih berumur 21 hari sejak dari menetas. Waktu
penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada sore hari puku 16.00, agar
suhunya tidak terlalu tinggi. Ketinggian air kolam dipertahankan sekitar 30-40
cm karena ukuran benih masih kecil. Jika ketinggian air lebih dalam lagi, bibit
lele yang masih kecil akan kesulitan. Cara penebaran benih lele adalah dengan
cara aklimatisasi, yaitu wadah yang berisi benih lele diletakkan pelan-pelan
kedalam air, lalu air kolam dibiarkan masuk kedalam wadah benih dengan
pelan-pelan. Setelah merasa telah beradaptasi, benih akan lepas meninggalkan
wadahnya ke tengah kolam.
Setelah
benih berada dalam kolam, pemeliharaan yang menyangkut pergantian air dan
pemberian pakan tambahan harus betul-betul diperhatikan. Benih lele di kolam
pendederan diberi pakan berupa pelet berbentuk tepung dengan kandungan protein
minimal 40%, seperti Charoen Phokphand
kode FF999. Semakin besar ukuran
tubuh dan bukaan mulut ikan, semakin besar ukuran pakan. Adapun frekuensi
pemberian pakan untuk benih lele yang masih kecil, yaitu 4-5 kali dalam sehari.
Waktu pemberian pakannya pada pagi, siang, sore dan malam hari.
4) Panen
dan Packing
-
Panen
Panen
dilakukan sesuai dengan ukuran benih lele yang di minta oleh pembeli/pasar.
Kisaran ukuran beni lele yang diminta biasanya dari benih berumur 25-40 hari
dan pada saat benih berukuran 3-5 cm, sampai benih berukuran 5-8 cm, pemanenan
dilakukan pada saat pagi hari saat suhu udara dan suhu air masih rendah.
Pemanenan
dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam sampai mencapai sepertiga bagian
dan menangkap benih menggunakan jaring, benih yang berhasil dipanen secara
hati-hati ditampung dalam hava, kemudian benih dihitung dengan cara sampling
menggunakan metode volumetrik untuk mengetahui jumlahnya. Perhitungan benih
dengan metode volumetrik bertujuan agar benih yang dihitung tidak luka atau
lecet. Pertama-tama, siapkan gelas kecil atau wadah lainnya. Masukkan benih
lele kedalam gelas tersebut dan hitung secara manual hingga diketahui
jumlahnya. Lakukan sampling beberapa kali sehingga diperoleh jumlah benih lele
setiap kali disampling. Jumlah total benih sampling dibagi jumlah sampling yang
dilakukan sehingga diketahui jumlah rata-rata. Jumlah rata-rata inilah yang
dijadikan patokan dalam menghitung benih lele keseluruhan. Pada praktik yang
tlah dilakukan pemanenan benih lele yang dihasilkan lebih kurang 50% dari
pendederan yang dilakukan sebelumnya, faktor tersebut dipengaruhi oleh
banyaknya benih yang hilang dimakan oleh katak.
-
Packing
Packing
yang benar dilakukan jika benih lele dikirim ke tempat yang jauh dengan lama
perjalanan 6-8 jam, lakukan pengemasan benih dengan cara-cara sebagai berikut :
a) Sebelum
dikemas, beih lele harus diberok atau di puasakan dahulu selama satu hari. Lele
diberok agar mengeluarkan kotoran sehingga pada saat pengangkutan lele tidak
mengeluarkan kotoran. Pasalnya, kotoran dapat menjadi racun bagi lele selama
waktu pengiriman atau pengangkutan.
b) Sebagai
wadah atau media pengangkutan, seiapkan kantong plastik ukuran 40x60 cm atau
50x75 cm. Agar plastik tidak bocor atau
sobek, sebaiknya plastik dirangkap. Setiap sudut plastik diikat dengan karet
gelang benih agar benih lele tidak terjepit di sudut-sudut kantong plastik.
c) Pastikan
jumlah kantong plastik yang akan digunakan sesuai dengan jumlah lele dikirim.
Setiap kantong plastik dapat diisi 500 ekor benih lele ukuran 3-5 cm atau 5-8
cm.
d) Setiap
kantong plastik diisi air bersih dan jernih sebanyak sepetiga bagian, sekitar
3-4 liter, selanjutnya masukkan benih lele yang tidak diberok sebanyak 500 ekor
/ kantong.
e) Masukkan
oksigen kedalam kantong plastik menggunakan slang secara perlahan. Jumlah
oksigen yang dimasukkan adalah dua pertiga bagian dari kantong plastik.
f) Setelah
oksigen dimasukkan, bagian atas kantong plastik diputar sampai kantong plastik
mengembang. Agar oksigen tidak keluar, ikat menggunakan karet gelang.
Selanjutnya, benih ikan lele siap dikirim ketempat tujuan.
BAB
IV
MASALAH
DAN PEMECAHAN
1. MASALAH
Masalah
yang ada adalah jika hujan turun akan menyebabkan kolam meluap dan ikan akan
melompat keluar dan hama penyakit berdatangan.
2. PEMECAHAN
Dengan
membuat pintu pengeluaran dan meninggikan pematang / tanggul.
BAB
V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktik lapangan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Madak, dapat
disimpulkan :
a. Pembenihan
lele sangkuriang (clarias sp) yang
dilakukan di BBIAT Madak adalah pemijahan secara alami.
b. Adapun
materi yang diamati dalam pemijahan ikan lele sangkuriang (clarias sp) secara alai ditempat praktik di lapngan adalah
persiapan wadah/bak pemijahan, seleksi induk, pemijahan, penetasan telur,
pemeliharaan larva, persiapan kolam pendederan, penebaran benih, seleksi benih,
panen dan packing.
c. Telur
yang dihasilkan dari berat induk 0,5 kg sebanyak 15.000 butir pada pemijahan
secara alami. Telur yang menetas pada pemijaha alami sebanyak 10.000 ekor larva
dengan tingkat keberhasilan benih yang dipanen adalah 50%.
d. Benih
yang telah disortir terbagi menjadi beberapa kuran yaitu 2-3 cm pada umur 15-20
hari, ukuran 3-5 cm pada umur 25-30 hari, dan ukuran 5-8 cm pada umur 5-40
hari.
e. Pemanenan
dilakukan pada saat pagi hari saat suhu udara dan suhu air masih rendah, benih
yang dipanen dipindahkan ke tempat penampungan menggunakan hava.
2. Saran
Berdasarkan
hasil pengamatan selama praktik berlangsung, ada bebeapa hal yang dapat penulis
sarankan, antara lain :
a. Sebaiknya
dilakukan kontrol terhadap kualitas air pada saat pemijahan, penetasan telur,
kolam pendederan agar kestabilan kualitas air dapat terjaga dan jika terjadi
kematian pada ikan dapat diketahui apakah karena kualitas air yang buruk atau
ada sebab lain.
b. Induk
ikan Lele Sangkuriang yang ada di BBIAT Madak banyak yang terkontaminasi (baster), maka akan lebih baik jika
dihadirkan induk yang berkualitas unggul untuk menjaga keaslian dan
kesempurnaan benih ikan lele sangkuriang (clarias
sp) yang akan dihasilkan.
c. Bila
melakukan pemijahan sebaiknya dipilih induk yang benar-benar telah matang,
karena jika induk yang dipilih tingkat kematangan gonadnya belum maksimal, maka
tingkat daya tetas telur tidak maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, Lele
Sangkuriang. Poster Tentang Pelepasan Varietas Ikan Lele Sebagai Varietas
Unggul, Sukabumi: Balai Pustaka Pengembangan Budidaya Air Tawar, Ditjen
Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007
Anonim, Lele
Sangkuriang (clarias sp). Poster
Tentang Silsilah Dan Karakteristik Lele Sangkuriang, Sukabumi: Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar, Ditjen Perikanan Budidaya, Departemen
Kelautan dan Perikanan, 2007
Ghufran, 2010. Panduan
Lengkap Memilihara Ikan Air Tawar Di Kolam Terpal, Lily Publisher:
Yogyakarta
Khairuman dan Amri, K,
2011. Buku Pintar Budidaya Dan Bisnis 15 Ikan Konsumsi, PT, Agro
Media Pustaka : Jakarta
Khairuman dan Amri, K,
2011. Pembenihan Lele 21 Hari Balik Modal, PT. Agro Media Pustaka :
Jakarta
Mahyuddin, Kholish, 2011 Panduan
Lengap Agribisnis Lele, Penebar Swadaya : Jakarta
Nasrudin, 2010. Jurus
Sukses Beternak Lele Sangkuriang, PT Agro Media Pustaka : Jakarta
Selatan
Setya, W dan Agung,
2012. Kunci Sukses Budidaya Lele Sangkuriang Di Lahan Sempit, Pinang
Merah Publisher : Yogyakarta
Supriyadi, H. Pengendalian
Penyakit Pada Ikan Lele (Bogor: Balai Perikanan Budidaya Air Tawar,
2006)
Suyanto, R. Budidaya
Ikan Lele (Jakarta : Universitas Terbuka : 1999)
0 Response to "PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias Sp) SECARA ALAMI BALAI BENIH IKAN AIR TAWAR (BBIAT) "
Posting Komentar